Connect with us

Berita Pariwisata

Tambangan Sungai, Angkutan Tradisional Tak Lekang Dimakan Zaman

Published

on

TANJUNG SELOR – Perahu Tambangan Sungai yang rutin melayari Sungai Kayan, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, dari arah Tanjung Palas menuju Tanjung Selor atau sebaliknya sangat berperan aktif untuk menunjang perekonomian masyarakat didaerah itu.

Selain itu, keberadaan perahu tambangan juga merupakan angkutan tradisional setempat yang tak lekang dimakan jaman, baik dimasa Kesultanan Bulungan memerintah hingga sekarang keberadaan armada tambangan sungai tetap saja masih dibutuhkan oleh masyarakat.

Perputaran ekonomi khususnya di Tanjung Palas sebagian nya dimulai dari area Tambangan tersebut, mulai pukul 15.00 Wita subuh, aktifitas para bakul sayur yang menjajakan dagangan sudah memenuhi ruang tunggu yang ada disana.

Tidak hanya terjadi jual beli menggunakan mata uang, sesama penjaja juga terkadang melakukan barter barang dagangan nya sebelum dijual oleh penjaja keliling.

Menginjak pukul 7.00 Wita pagi, para ASN dan Siswa Sekolah Menengah Atas mulai memanfaat jasa armada tambangan untuk menyeberang menuju Tanjung Selor, maklum saja sentra perkantoran pemerintah dan sekolah berada di Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara.

Sebelum ada jalan raya yang menghubungkan Tanjung Palas dan Tanjung Selor, para pedagang kelontongan seratus persen nya mengguna kan jasa tambangan sungai ini untuk mengangkut barang dagangan nya.

Artinya selain sebagai alternatif angkutan murah, ternyata keberadaan armada tambangan ini bisa disebut sebagai tradisi lokal yang tak lekang dimakan zaman. *

Penulis : Sahri.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pariwisata

Kotabaru Gunungnya Bamega

Published

on

Bersama Bupati santai di Bukit Mamake.

Catatan Rizal Effendi

PEKAN lalu saya berkunjung ke Kotabaru, Kalsel. Sudah lama saya diundang bupatinya, H Sayed Jafar Al-Idrus, SH tapi baru beberapa hari lalu bisa datang. Kebetulan Sayed Jafar, meski asli orang Kotabaru, dia lama tinggal di Kampung Baru, Balikpapan Barat. Bahkan sampai sekarang. Usahanya juga bermula dari berdagang minyak di Balikpapan.

Saya datang bersama teman saya, Zaenal Abidin. Dari Balikpapan terbang ke Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin. Lalu jalan darat menuju pelabuhan feri. Nyeberang 30 menit, sampailah ke Kotabaru.
Feri itu milik pribadi Bupati. Sepeda motor dan penumpangnya gratis. Masyarakat senang karena mereka tak perlu membayar. Beda dengan feri lain, yang semuanya ditarik pungutan.

Saya kaget Kotabaru sangat menarik. Alamnya cukup indah. Diapit oleh teluk dan gunung, yang memanjang dan masih perawan. Pantas ada lagu “Kota Baru Gunungnya Bamega.” Judul aslinya “Paris Barantai” dikarang penggubah lagu Banjar, Anang Ardiansyah pada 1960-an.

Gunung bamega itu adalah gunung yang mendung atau berawan. Itu suasana yang terlihat di Gunung Sebatung di Kotabaru. Saya suka sekali melihatnya. Karena masih hijau dan sebagian besar ditetapkan sebagai kawasan cagar alam
Saya bilang kepada Bupati Sayed Jafar kehijauan dan keperawanan Gunung Bamega berikut lautnya yang bersih bisa dimasukkan dalam program trade carbon atau perdagangan karbon seperti dilakukan di Kaltim. “Kotabaru bisa mendapatkan dana karbon dari Bank Dunia atau bisa juga dijual ke pasar bebas,” kata saya.

Dana karbon (carbon fund) adalah pembayaran insentif kepada negara-negara berkembang yang telah berupaya dalam program REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Degradation) atau reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi Hutan dan lahan gambut.

Kotabaru ya artinya kota yang baru. Sebuah pulau berada di bagian luar wilayah Kalsel dengan luas 9.442,46 km2. Lebih 9 kali luasnya dibanding Balikpapan. Berbatasan dengan Sulsel dan Sulbar. Makanya di sini banyak tinggal warga berdarah Sulawesi. Mereka tinggal di wilayah 20 kecamatan dan 195 kelurahan/desa.

Jumlah penduduknya per 31 Desember 2023 sebanyak 329.641 jiwa. Mereka ada yang berbicara dengan aksen Bugis, ada juga Banjar. Konon, La Ode yang berasal dari Sulawesi adalah penghuni pertama pulau ini.

Sayed Jafar berusia 62 tahun. Tapi dia masih gesit. Suka main jetski dan sepeda motor trail. Ketika saya datang lagi berlangsung Beach Enduro Race Hayau Barait 9 di Sirkuit SJA TBK di Pantai Gedambaan. Ada sejumlah riders dunia ikut. Di antaranya Marc Font, Agus Pacal, Francesc Moret dan riders wanita Sandra Gomes.
Yang hebat ketua panitianya adalah Kajari Kotabaru HM Fadlan, SH didukung Dandim Letkol Inf Deden Ika Drajat dan Kapolres AKBP Doli M Tanjung serta sejumlah aparat Pemda. “Ini jualan kita untuk memajukan pariwisata,” kata Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Sonny Tua Halomoan.

Beberapa hari lalu Bupati dan istrinya, Hj Fatma Idiana sebagai ketua TP PKK membagi ribuan paket sembako kepada warganya di 4 kecamatan dan 17 desa. Menariknya mereka menunggang sepeda motor trail. Didampingi anggota Forkompida dan sejumlah kepala dinas.
“Lebih asyik naik trail, bisa menjangkau warga yang di pelosok-pelosok,” kata Bupati dengan wajah gembira. Padahal dia baru saja berobat ke luar. “Saya sudah kangen dengan warga,” tambahnya.

Bupati juga jago main jetski. Dia mampu berputar-putar di atas jetski yang dinaikinya. Saya tidak berani, meski pernah main jetski di Teluk Balikpapan sampai ke Pulau Balang. Saya sempat naik boat karet yang dikemudikan langsung oleh Bupati. Ampun kencangnya bukan main.

Bupati Sayed Jafar memang fokus memajukan industri pariwisata di daerahnya. Karena itu dilakukan pembangunan berbagai fasilitas dan infrastruktur pariwisata. Kemajuannya sangat terasa. Kotabaru sekarang banyak dikunjungi wisatawan.

ADA “KOTA GAIB”

Selesai nonton Beach Enduro Race Hayau Barait 9, saya diajak Bupati Sayed Jafar melihat beberapa objek wisata menarik. Di antaranya ke Bukit Mamake di Desa Sarang Tiung dan malamnya ke Taman Siring Lau.
Di Bukit Mamake ada lokasi wisata olahraga paralayang. Sudah pernah dipakai untuk lokasi kejuaraan tingkat nasional. Bupati membuatkan tempat mendaratnya di Pantai Gedambaan. “Ini tidak ada di tempat lain,” katanya.

Kalau malam pantainya sangat menarik. Langitnya seperti turun ke laut. Sebab, ratusan bahkan ribuan lampu di bagan-bagan nelayan mirip seperti bintang di langit. Indah sekali.

Di jembatan U Bukit Mamake wisatawan bisa menikmati keindahan “Gunung Bamega” yang memanjang dan juga kebeningan laut yang sangat memukau. Bupati sempat didaulat ber-selfie ria dengan warga dan sejumlah mahasiswa yang kebetulan ada di sana.
Malamnya saya diajak Bupati ke Siring Laut. Sambil makan malam, Bupati memperkenalkan berbagai fasilitas destinasi wisata di sana, di antaranya Pentas Apung, jembatan air mancur menari yang dikawal dua ikan todak kembar serta Masjid Apung yang berdesain kapal.

Rasanya di Kalimantan khusus di Kaltim belum ada destinasi wisata air mancur menari. Justru di Kotabaru sudah ada. Indah sekali perpaduan air dan lampu warna-warni. “Jembatan dan air mancurnya saya akan perpanjang, biar lebih atraktif lagi pertunjukannya,” kata Bupati.

Air mancur menari SJA itu diresmikan persis pada peringatan HUT ke-74 Kotabaru, 1 Juni lalu. Paman Birin, Gubernur Kalsel yang datang langsung. “Sebagai daerah yang kaya dengan potensi kekayaan alamnya, Kotabaru punya peluang besar untuk berkembang dan maju,” ujarnya begitu.

Sayang saya tak sempat singgah ke “kota gaib” Saranjana. Ini kota yang tidak ada dalam peta Indonesia. Tapi keberadaannya diyakini oleh masyarakat Kalimantan terutama orang Kotabaru. Karena gaibnya, Saranjana pernah dijadikan judul film misteri.

Konon kota Saranjana berada di bukit kecil Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kotabaru. Tapi ada juga yang menyebut di Teluk Tamiang, Pulat Laut. Ada juga yang menghubungkan dengan penciptaan Gunung Sebatung.

Menurut Bupati Sayed Jafar, dia pernah diundang ke kota Saranjana. Kotanya luar biasa, ada gedung tinggi dan modern. Banyak warganya. “Saya bisa pulang karena diundang, ada yang masuk tanpa izin tidak bisa kembali ke rumah,” katanya.

Selain ada kota gaib, Kotabaru juga dikenal sebagai daerah endemis malaria. Salah satunya di Desa Batang Kulur. Pemprov Kalsel berharap tahun 2024 ini, Kotabaru bisa mencapai target eliminasi malaria.

Kotabaru dikenal sebagai daerah yang kaya dengan sumber daya alam baik di daratan, maupun sumber daya kelautan. Punya areal perkebunan kelapa sawit terluas di Kalsel yaitu 156.554 hektare. Di sana ada juga dibangun pabrik semen Tonasa.

Selain itu dibangun pula tambang batu bara bawah tanah berskala besar milik PT SumberDaya Energi (SDE) dengan luas area 185 km persegi. Akhir tahun lalu diresmikan produksi pertamanya dengan total produksi 20 juta ton per tahun. Usaha Haji Isam juga banyak masuk di sana. Bahkan ada bandaranya.

Saya pulang ke Balikpapan, Senin (15/7) pagi lewat darat. Malam sebelumnya saya nobar dulu final Piala Eropa antara Spanyol lawan Inggris di B Copi, Fleet House. Saya bela Inggris karena di sana ada pemain MU, yaitu Luke Shaw dan Kobbie Mainoo. Sayang Inggris kalah. Saya kecewa. Tapi bahagia bisa berkunjung ke Kotabaru. Kota Sa-Ijaan yang menarik. Terima kasih, Pak Bupati.(*)

Continue Reading

Pariwisata

Pesta Budaya Ditutup, Akan Jadi Event Tahunan Kaltara

Published

on

By

Menutup seluruh rangkaian HUT ke-9 Kalimantan Utara (Kaltara), Gubernur Kaltara, Zainal A. Paliwang menghadiri acara penutupan Pesta Budaya Sungai Kayan yang diselenggarakan di Taman Kaltara Abadi, Kamis (02/12/2021).

Acara penutupan ini juga turut dihadiri oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara sekaligus Ketua KORMI Kaltara, Sekretaris Daerah Provinsi Kaltara, Ketua DPRD Kaltara, Bupati Bulungan, serta jajaran Forkopimda lainnya.

Didampingi oleh Wagub Yansen, Gubernur Zainal menyaksikan eksebisi jetski yang dilakukan oleh salah satu juara dunia jetski, Aero Sutan Anwar serta eksebisi perahu dayung dari para pemenang mata lomba tersebut. Gubernur Zainal pun menyampaikan apresiasinya atas kesuksesan kegiatan ini dalam rangka HUT ke-9 Kaltara.

“Acara yang kita gelar ini adalah sesuai dengan janji saya pada acara penutupan yang dilaksanakan oleh Kabupaten Bulungan beberapa waktu lalu, bahwa kita akan melaksanakan Pesta Budaya Sungai Kayan selama dua bulan,” ujarnya mengawali sambutan.

Zainal juga menambahkan bahwa berkat rangkaian kegiatan festival budaya ini, seluruh masyarakat Kaltara dapat menyaksikan juga menikmati olahraga-olahraga tradisional yang masih erat dengan aktivitas masyarakat sehari-hari.

Ia mengatakan selanjutnya akan tetap ada lomba olahraga tradisional seperti ini, sehingga seluruh masyarakat bisa turut berpartisipasi dan mendukung kemajuan olahraga tradisional milik Kaltara.

Tidak lupa, ia juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat yang hadir untuk selalu menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan. Mengingat pandemi yang masih melanda dunia, serta hadirnya varian baru Omicron di beberapa negara, Gubernur Zainal menegaskan agar selalu waspada.

“Kita harus tetap bersama-sama berupaya untuk memutus mata rantai Covid-19 ini sehingga status Covid di Kalara bisa turun ke level 1,” jelasnya.

Terakhir, ia menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat serta pihak-pihak yang turut mendukung kesuksesan rangkaian kegiatan HUT Kaltara ini. Ia pun berharap agar tahun depan pelaksanaan pesta budaya akan lebih baik lagi.

“Tahun depan kita akan laksanakan event yang lebih baik lagi. kita evaluasi kegiatan Pesta Budaya Sungai Kayan yang pertama ini, kita perbaiki untuk pelaksanaan pesta budaya yang selanjutnya,” tutupnya. (gg/dkispkaltara)

Continue Reading

Pariwisata

Potensi Ekonomi Dan Wisata Eceng Gondok Sungai Selor Bulungan Kaltara

Published

on

TANJUNG SELOR – Ternyata tumbuhan air bernama eceng gondok, yang menutupi sebagian Sungai Selor, di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan memiliki potensi, lantaran bisa dibuat berbagai anyaman seperti tas dan tempat tisu, serta beragam kreasi lain nya.

Tumbuhan jenis ini bila dipeementasi dalam jumlah besar, juga bisa dibuat pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman.

Kalau mau jujur, dengan nyaris tertutupnya seluruh permukaan sungai Selor itu, sebenar pada jaman duluny sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai alur transportasi sungai. Baik untuk menuju Kuala satu di Tanah Kuning maupun ke pehuluan Sungai Kayan.

sekarang juga bisa dimanfaatkan, misal nya akibat penyempitan dan pendangkalan pada dasar sungai bisa dimanfaatkan untuk wadah belajar berenang nya para bocah. Dan bermain sampan sambil berdayung ria disana.

Tidak hanya itu, hijaunya tumbuhan ini juga sangat bermanfaat untuk kesehatan bila dipandang lama, terutama pada pagi hari.

Soal tempat tak perlu repot, dari atas jembatan Meranti yang sudah dibangun megah oleh pemerintah kita sudah bisa memandang lautan eceng gondok sepuasnya. *

Reporter : Sahri.

Continue Reading

Trending