Sorot Peristiwa
Walhi Kaltim Sebut Izin Amdal Proyek PLTA Kayan Sulit Diakses
SAMARINDA – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Timur (Kaltim) mempertanyakan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) serta Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) proyek PLTA Kayan oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE) di Kecamatan Peso, Kalimantan Utara, karena tidak terpublikasi dan sulit diakses.
“Dokumen itu kami engga pernah lihat. Sudah 8 tahun KHE masih bingung gitu. Ini yang membuktikan tidak ada keseriusan perusahaan bicara soal keselamatan masyarakat. Ini yang harus ditekankan Gubernur Kaltara maupun Bupati Bulungan. Ya sudah ditinjau ulang saja, bila perlu distop,” ungkap Direktur Walhi Kaltim, Yohana Tiko saat dihubungi.
Proyek PLTA milik KHE ini sudah disiapkan sejak 10 tahun lalu, namun hingga kini tidak ada perkembangan yang berarti. Rencananya, proyek PLTA ini akan menghasilkan pasokan listrik 900 MW untuk tahap satu, 1.200 MW tahap dua, 1.800 MW untuk tahap tiga dan empat, kemudian tahap kelima 3.300 MW yang nantinya sebagian akan disuplai ke ibu kota negara (IKN) Kaltim.
“Sampai saat ini tidak bisa diakses Amdal dan KLHS. Itu ada izinnya enggak itu? Terpublis engga itu? Katanya KHE mau mulai melakukan aktivitas, tapi tidak ada kajian yang lengkap baik KLHS maupun Amdal. Dulu kami pernah meminta,” tambahnya.
Tiko mengatakan dampak proyek tersebut bakal memindahkan dua desa yakni long peleban dan long lejuh, yang dihuni sekitar 700 jiwa dan 5 desa di bawahnya yang akan dibangun dump kecil.
Karena dasar tersebut, Tiko meminta KHE sebagai pengelola harus mengikuti kaida persetujuan bebas, didahulukan, dan diinformasikan atau free, prior and informed consent (FPIC) yang diatur dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat.
FPIC adalah hak masyarakat adat untuk mengambil keputusan yang tepat mengenai hal-hal yang mempengaruhi masyarakat, tradisi, dan cara hidupnya.
“Masyarakat setempat engga diberi ruang sehingga masyarakat kehilangan haknya menerima atau menolak tanpa paksaan. Ini kaya kita dipaksa terima sebuah megaproyek yang mitigasi dampaknya kita engga tahu. Setahu kami masyarakat di dua desa itu engga disampaikan, engga ditanyai pendapat mereka tentang PLTA itu. Kami minta gubernur dan bupati meninjau ulang atau bahkan stop saja proyek ini” tegas dia.
“PLTA KHE itu bakal menghasilkan listrik 9000 MW itu cukup besar loh. Apa dokumen kajiannya. Amdal dan KLHS mana? Itu bukan syarat adminitrasi saja. Harus di pastikan analisis dampak sosial dan lingkungan. Termasuk analisis resiko bencana,” sambung dia.
Direktur Operasional PT KHE Khaerony mengaku kurang memahami dokumen izin yang dimaksud Walhi karena yang mengurusi hal tersebut ada tim tersendiri. Namun, yang ia tahu semua proses sudah dilalui dalam pengurusan izin Amdal. Mulai dari pembahasan di komisi amdal, tim penilai hingga sosialisasi ke masyarakat sampai disahkan menjadi dokumen izin lingkungan.
Bahkan, kata dia, selama proses itu berlangsung pihaknya juga meminta saran dan masukan dari berbagai pihak termasuk masyarakat setempat.
“Jadi kalau dibilang sulit diakses, saya kurang paham ya. Karena untuk akses itu harus bagaimana, saya kurang paham,” kata dia.
“Namun, setelah disahkan jadi dokumen lingkungan, kalau saya tidak salah, apakah itu dokumen publik atau tidak. Tapi saat penilaian kami beri semua salinan ke tim penilai, masyarakat, pemda dan pihak terkait. Dokumen itu dicetak berapa rangkap dibagi di dinas-dinas, pemda,” sambung dia.
Spesifik soal relokasi dua desa tersebut, Roni menjelaskan telah disetujui oleh masyarakat di kedua desa tersebut.
“Kita dalam waktu dekat ini, awal September sosialisasi terkait master plan tempat baru (lokasi kedua desa dipindah)” terang dia. * njh.
Sorot Peristiwa
Perajin Kawat Harmonika dari Pekapuran Banjarmasin
BANJARMASIN – Pilihan favorit untuk bahan membuat pagar keliling, atau untuk mengecor di atas lantai kayu, ataupun tembok agar kuat dan gampang pemasangannya, kawat harmonika pilihannya.
Kawat harmonika adakah kawat yang dirangkaia seperti bentuk anyaman sifatnya yang elastis juga kuat serta proses pemasangan yang mudah dan tidak ribet.
Selama ini mungkin belum banyak tahu bahwa di Banjarmasin ternyata banyak perajin kawat harmonika. Salah satunya adalah Suri warga jalan Lingkar Dalam Selatan Gang Al Madani RT. 29 kelurahan Pekapuran Raya kecamatan Banjarmasin Timur.
Suri yang sudah menjalani profesi sebagai perajin kawat harmonika sejak 15 tahun lalu tidak pernah sepi dari pesanan. Selain langsung melayani pesanan juga mensuplai toko-toko bangunan yang ada di Banjarmasin.
Dalam satu hari, Suri mampu memproduksi kawat harmonika sebanyak 25 kg. “Satu hari paling mampu menganyam 25 kg bahan kawat menjadi kawat harmonika,” jelas Suri yang ditemui jurnalborneo.com di kediamannya, Sabtu (24/08/2024).
Suri sehari-hari memproduksi kawat harmonika cukup di depan rumahnya dengan bantuan alat penganyam yang sederhana mampu mensuplai pesanan hingga Tanah Laut.
“Macam-macam orang pesan, ada yang pesan minta kerapatan 5 cm. Jika kerapatan 5 cm satu rollnya dapat 25 gulung dengan lebar 90 cm x panjang 3 meter,” jelasnya.
Kalau ukuran kerapatan 9 cm, lanjut Suri, bisa dapat 44 gulung, dengan harga jual per gulung Rp 25.000 untuk kerapatan 5 cm, dan harga Rp15.000 untuk kerapatan 9 cm.
“Jika untuk pagar tergantung pesanan orang, dengan kawat nomor 12 diameter 3,4 mm, harga permeternya Rp44.000. ini harga di sini, kalau harga di toko bangunan pasti lain,” tambahnya.
Kawat harmonika biasanya diproduksi dari rangkaian kawat dengan ukuran diameter 1.5 mm sampai 4 mm yang selanjutnya dirangkai atau dianyam hingga terbentuk lubang-luang belah ketupat seperti jaring laba-laba.
“Biasanya kawat harmonika digunakan untuk pagar lapangan, pabrik, halaman, kebun, tapi kalau di Kalimantan Selatan biasnya untuk penguatan cor-coran di lantai yang terbuat dari kayu,” jelasnya.
Suri juga kerap menerima pesanan kawat harmonika untuk pengikat batu bronjong dengan besaran kawat sesuai permintaan.(jb/mn/jk)
Sorot Peristiwa
Kain Sasirangan Terpanjang di Dunia 5,7 Km
— Berhasil dicatatkan Rekor Muri masyarakat Banjar
BANJARBARU – Masyarakat bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berhasil mencatatkan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) bentangan terpanjang kain khas Banjar sasirangan terpanjang di dunia sepanjang 5,7 kilometer (km). Pencatatan rekor Muri ini menandai dibukanya even Meratus Geopark Great Culture Carnival, di kawasan Perkantoran Gubernur Kalsel di Banjarbaru, 20-21 Agustus 2024.
Bentangan kain Sasirangan yang berhasil dicatatkan sebagai rekor terpanjang di dunia sepanjang 5,7 km dengan formasi Kelayang Dandang. Sebanyak 6.000 orang berasal dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat ikut terlibat dalam pencatatan rekor Muri ini.
Pembukaan Meratus Geopark Great Culture Carnival ditandai dengan pawai sasirangan dan persembahan tarian tradisional Sinoman Hadrah dan tarian suku dayak Mandau Telabang. “Ini merupakan bentuk kecintaan kita pada budaya, kekayaan alam geopark serta upaya pelestariannya,” ungkap Ketua Dekranasda Kalsel, Raudhatul Jannah sekaligus membuka secara resmi Meratus Geopark Great Culture Carnival, di depan kantor Gubernur Kalsel di Banjarbaru, Selasa (20/8/2024).
Even yang digelar sebagai bagian memeriahkan Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-74 dan Porwanas ke-XIV di Banjarmasin Kalsel ini juga dimeriahkan beragam even dan lomba. Antara lain kirab karnaval, sajian tarian dan kesenian daerah, UMKM Ekspo, dan pameran biodiversity. Juga hiburan artis Ibu Kota Padi Reborn.
Motif batik Sasirangan, merupakan kain khas suku Banjar sebagai salah satu bentuk kekayaan intelektual yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Berbeda dengan batik, sasirangan memiliki keunikan tersendiri karena dibuat melalui proses pewarnaan dengan metode jelujur (manyirang) menggunakan tali atau benang.
Sasirangan sudah ada sejak jaman kerajaan sekitar abad ke-7 yang dulu lebih dikenal dengan sebutan kain Lagundi. Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan (batatamba) serta mengusir dan melindungi dari gangguan roh jahat.
Namun, seiring perkembangan jaman kain sasirangan kini menyebar luas menjadi bahan pakaian semua orang, termasuk dipromosikan ke mancanegara dalam bentuk pakaian, kain helai, asesori, serta keperluan sehari-hari. Sasirangan juga memiliki banyak motif dan beberapa yang familiar antara lain sarigading, ombak sinapur karang, kambang kacang, naga balimbur, gigi haruan, jajumputan serta kambang tampuk manggis.
KAIN TURUN TEMURUN
Kain Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan secara turun temurun sejak abad XII, saat Lambung Mangkurat menjadi Patih Negara Dipa. Cerita yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan adalah bahwa kain Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu.
Konon menjelang akhir tapanya, rakitnya tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Di tempat ini, ia mendengar suara perempuan yang keluar dari segumpal buih. Perempuan itu adalah Putri Junjung Buih, yang kelak menjadi Raja di daerah ini. Sang Putri hanya akan menampakkan wujudnya jika permintaannya dikabulkan, yaitu sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40 putri dengan motif wadi/padiwaringin. Kedua permintaan itu harus selesai dalam waktu satu hari. Kain yang dicalap itu kemudian dikenal sebagai kain sasirangan yang pertama kali dibuat.
Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan (batatamba), khususnya untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi diri dari gangguan makhluk halus. Agar bisa digunakan sebagai alat pengusir roh jahat atau pelindung badan, kain sasirangan biasanya dibuat berdasarkan pesanan (pamintaan).
Di awal-awal kemunculannya, kain sasirangan mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup sederhana, seperti ikat kepala (laung), sabuk dan tapih bumin (kain sarung) untuk lelaki, selendang, kerudung, udat (kemben), dan kekamban (kerudung) untuk perempuan.
Seturut perkembangannya, kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai oleh kalangan rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat mengikuti upacara-upacara adat. Namun perkembangan zaman juga yang mengubah fungsi kain sasirangan dalam masyarakat Kalimantan Selatan. Nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya seolah-olah ikut memudar tergerus arus globalisasi mode. Globalisasi menjadikan kain ini tidak hanya mengalami proses desakralisasi sehingga kemudian berubah menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga semakin dilupakan.
Padahal bisa dikatakan kalau kain sasirangan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari pengetahuan lokal masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan mengenal sejarah kain sasirangan, kita bisa mengetahui beraneka macam nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat setempat. Seperti nilai tentang keyakinan, budaya, dan ekonomi.
Seperti kain pada umumnya, kain sasirangan memiliki banyak motif, diantaranya: sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang (garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), jajumputan (jumputan), kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), benawati (warna pelangi), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), turun dayang (garis-garis), dan sisik tanggiling.
Kain sasirangan banyak tersedia di berbagai toko oleh-oleh yang ada di Kalimantan Selatan. Harganya ditentukan berdasar jenis kain dan motifnya. Semakin rumit motifnya maka semakin mahal juga harganya.(jb/mn/jk)
Sorot Peristiwa
Tinta Emas Kemerdekaan di IKN
Catatan Rizal Effendi
SEJARAH itu akhirnya tercatat dengan tinta emas. Upacara Peringatan Ke-79 Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia berlangsung lancar dan khidmat di Halaman Istana Negara, Ibu Kota Nusantara (IKN), Sabtu (17/8) kemarin.
Upacara dimulai sejak pukul 11.00 Waktu Indonesia Tengah (WIT) dan berakhir pukul 12.00. Mendung yang menggelayut di atas udara IKN justru membuat suasana di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN semakin sejuk.
Jutaan rakyat Indonesia menyaksikan peristiwa ini, yang disiarkan langsung oleh TV nasional. Maklum ini kejadian pertama kali di ibu kota yang baru. Ibu Kota Nusantara. Tak pernah terbayangkan acara ini bisa terlaksana. Luar biasa. Sangat menakjubkan dan juga mengharukan.
Presiden Joko Widodo yang menjadi inspektur upacara tampil dengan mengenakan busana kustin dari Kesultanan Kutai Kartanegara. Dia didampingi Ibu Negara Hj Iriana Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang juga presiden terpilih. Prabowo mengenakan baju beskap hitam dari Jawa Timur.
Tampak juga sejumlah menteri lainnya hadir termasuk Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bersama tiga kepala staf. Semua bersama istri.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin didampingi wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka memimpin upacara di Istana Jakarta. Tapi tidak ada pengibaran bendera di sana. Mereka hanya menyaksikan pengibaran bendera yang berlangsung di IKN melalui videotron.
Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diundang mengikuti upacara di IKN tidak hadir. Mega mengikuti upacara 17-an di Sekolah Partai, Lenteng Agung Jakarta. Sedang SBY menggelar upacara di kampung halamannya, Pacitan, Jawa Timur.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang juga Plt Ketua Otorita IKN pasti diliputi suasana was was. Soalnya dia adalah orang yang paling bertanggungjawab di lokasi IKN. Dia mengenakan pakaian rompi dan kopiah berbalut manik dari Suku Dayak bersama istri.
Para pimpinan lembaga tinggi negara yang hadir di antaranya Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dan Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Istri LaNyalla, Enny LaNyalla terpilih sebagai salah satu undangan berbusana Nusantara terbaik dan mendapat hadiah sepeda dari Presiden Jokowi.
Sebelum acara puncak, ada kirab duplikat Bendera Pusaka dan salinan teks proklamasi. Kedua benda bersejarah itu diberangkatkan dari Jakarta pada Sabtu (10/8) lalu melalui arak-arakan yang meriah. Lalu diterbangkan ke Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan.
Upacara Detik-Detik Proklamasi berlangsung tepat pukul 11.00 WIT diawali dengan bunyi sirena dan dentuman meriam 17 kali. Lalu pembacaan Teks Proklamasi oleh Ketua DPR Puan Maharani. Dilanjutkan pembacaan doa oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Seribu warga Kaltim pilihan dari berbagai paguyuban bersama tokoh adat dan tokoh masyarakat lainnya yang mendapat undangan berdebar-debar begitu 76 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) mulai bergerak ke lapangan menjalankan tugasnya. Gagah dan cantik sekali.
Sebanyak 18 di antaranya yang tadinya melepas jilbab dalam acara pengukuhan sudah memakai jilbab kembali. Sayangnya saya tidak sempat bertemu Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi yang menjadi sorotan. Saya malah sempat duduk di samping mantan Gubernur Jabar, Riduan Kamil.
Ada dua siswa Kaltim yang mendapat kehormatan menjadi anggota Paskibraka. Mereka adalah Sunnu Wahyudi, siswa SMK Negeri 2 Sangatta Utara, Kutai Timur dan Livenia Evelyn Kurniawan, siswi SMA Katolik St Fransiskus Assisi Samarinda.
Sesuai harapan kita, Evelyn mendapat kehormatan membawa baki bendera. Dia menjalankan tugasnya dengan sempurna. Senyumnya terus menggelayut. Tepuk tangan membahana ketika Paskibraka meninggalkan lapangan setelah sukses mengibarkan bendera Merah Putih dengan lancar.
Sebagai komandan upacara adalah Kol Inf Nur Wayudi, Komandan Satgultor 81 Kopassus. Sedang bertindak sebagai perwira upacara adalah Brigjen TNI Bayu Permana, Kepala Staf Kodam VI/Mulawarman.
Sebelum meninggalkan tempat upacara, Presiden Jokowi sempat menyaksikan penayangan video “Pengibaran Bendera dari TNI AD, TNI AL dan Polri.” Kemudian dilanjutkan demo udara flypass pesawat tempur TNI AU.
Di tempat yang sama sore hari dilakukan upacara penurunan bendera. Biasanya Wapres yang menjadi Irup. Tapi karena Kiai Ma’ruf Amin berada di Jakarta, maka Presiden Jokowi kembali bertindak sebagai irup penurunan bendera. Dia dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan baju adat Banjar, Kalsel.
Hujan lebat sempat mengguyur IKN seusai acara penaikan bendera. Tapi kemudian reda menjelang sore hari. Sepertinya rekayasa cuaca di sekitar IKN berhasil dilakukan petugas.
CUCU SAYA MAU IKUT
Saya bersyukur bisa hadir di acara sangat khidmat dan dahsyat itu. Undangan saya difasilitasi oleh Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat OIKN Alimuddin, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber daya Alam Myrna Asnawati Safitri dan Sekdaprov Sri Wahyuni. Jumat (16/8) pagi staf Kesbangpol Pemkot Balikpapan mengantarkan undangan tersebut ke kediaman saya di Balikpapan Regency.
Undangan itu saya posting di WA keluarga. Cucu saya Jennamira yang tinggal di Sentul Bogor kirim pesan voice. “Kai, Prabowo hadir ngga. Kalau ada Jenna mau ikut,” katanya dengan suara centil. Sejak Pilpres, cucu saya yang masih baru berusia 4,5 tahun itu sangat mengidolakan Prabowo.
Soal undangan ini jadi ramai menyusul pernyataan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Adji Muhammad Arifin mengaku tak mendapat undangan. Meski dia tak mempersoalkan, tapi banyak yang berkomentar. Ada yang bilang aneh. Bajunya dipakai kok Sultannya tidak.
Ada klarifikasi dari Sekretaris Kesbangpol Kukar, Sutrisno kepada Tribun.com. Dia bilang sampai batas waktu ditentukan tak ada nama yang dikirim dari Kesultanan. Sedang Kepala Biro Adpim Setdaprov Kaltim Hj Syarifah Alawiah menjelaskan, undangan sudah diterima oleh pihak keluarga Sultan.
Saya bergabung dengan undangan lainnya di Polresta Samarinda pukul 06.00 pagi, kemudian naik bus menuju IKN di Sepaku, Penajam Paser Utara. Itu bus yang didatangkan dari Solo, Jawa Tengah. Sopirnya Pak Gunawan juga dari Solo. “Saya baru pertama kali ke Kaltim, IKN-nya keren banget,” kata ayah 2 anak ini.
Undangan dari Samarinda lebih pagi lagi berkumpul di halaman Masjid Islamic Center. Mereka diminta datang pukul 04.00 dinihari. “Wah bakalan subuhan di dalam bus,” kata Dr Meiliana, mantan Plt Sekdaprov Kaltim.
Ketika duduk di kursi undangan hanya berjarak 10 meter dari Presiden Jokowi, saya bertemu sejumlah pejabat dan tokoh dari Kaltim. Ada Kajati Kaltim Iman Wijaya bersama istri, Ny Nia Iman. Ketua MUI Kaltim KH Muhammad Rasyid, Ketua PWNU Kaltim Fauzi Bahtar, Rektor Unmul Prof Abdunnur, Rektor Untag Dr Marjoni Rachman, mantan Plt Sedaprov Dr Meiliana, Ketua Kadin Kaltim Dayang Donna Faroek, Ketua Kadin Balikpapan Yaser Arafat dan Ketua HIPMI Balikpapan Adam Dustin Bhakti.
Adam yang juga CEO Lexa Event Organizer (LEO) punya prestasi bagus. Dia salah satu perusahaan EO yang mendapat kepercayaan dalam persiapan penyelenggaraan acara peringatan kemerdekaan di IKN.
Datang ke IKN, saya mengenakan busana taqwo Balikpapan. Busana ini sudah tiga tahun tidak pernah saya pakai. Rasanya terakhir saya pakai pada peringatan HUT Ke-124 Kota Balikpapan, 10 Februari 2021 di tahun terakhir masa jabatan saya sebagai wali kota.
Untuk pertama kali juga saya dan undangan lainnya melintasi jalan tol IKN dari Kariangau. Itu tol segmen 3B KKT Kariangau-Simpang Tempadung sepanjang 7,3 km. Lalu lanjut ke tol segmen 5A Simpang Tempadung-Jembatan Pulau Balang sepanjang 6,7 km. Jalan tolnya memang mulus tidak seperti jalan tol Balsam (Balikpapan-Samarinda) yang bergelombang.
Ribuan pohon yang ditanam sepanjang jalan tol belum terlihat rimbun. Sebagian masih setinggi 2 sampai 3 meter. Tapi tanaman kacang babi atau kara benguk sudah menjalar rimbun di atas geomat hijau. Geomat adalah material geosintetik yang bermanfaat untuk konservasi tanah, mengendalikan erosi dan melindungi lereng perbukitan.
Perjalanan melintasi Pulau Balang sangat menarik sekali. Saya jadi teringat Gubernur Awang Faroek, yang ngotot membiayai bentang pendeknya dari APBD Kaltim. Dari Kariangau sampai KIPP ditempuh sekitar satu jam.
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo keluar dari Istana Garuda, tempat kerja presiden, yang depannya berbentuk kepakan burung Garuda karya seniman besar I Nyoman Nuarta. Lalu di depannya pada dataran lahan lebih tinggi adalah Istana Negara, tempat kediaman resmi kepala negara.
Posisi Istana Garuda dan Istana Negara dibuat dengan satu garis lurus dengan Taman Kusuma Bangsa. Di situ terdapat tiang bendera setinggi 79 meter.
Di Taman Kusuma Bangsa berdiri patung Bung Karno dan Bung Hatta dengan sayap burung Garuda setinggi 17 meter. Tepat pukul 00.00, Jumat (16/8) tengah malam Presiden Jokowi memimpin apel kehormatan dan renungan suci.
Tak disangka saya sempat bertemu dengan atlet Indonesia peraih medali emas Olimpiade Paris, Rizki Juniansyah dan Veddriq Leonardo. Mereka didampingi Presiden of NOC Raja Sapta Oktohari dan Ketua Kontingen Indonesia Anindya Bakrie. Saya sempat selfie dengan Veddric. “Makasih bang dukungannya,” kata dia.
Kepada para undangan diberikan sekotak snek makanan dan suvenir. Ada air mineralnya. Saya pikir ini air minum hasil pengolahan IPA Sepaku, yang pertama kali diminum Menteri Basuki. Tapi ternyata bukan. Saya jadi teringat janji 500 liter per detik air Sepaku akan dikirim ke Balikpapan.
Dirgahayu negeriku tercinta. Inilah wajah “Nusantara Baru. Indonesia Maju.” Luar biasa!!!.(*)
*) Rizal Effendi
– Wartawan Senior Kalimantan Timur.
– Wali Kota Balikpapan (2011-2021).
-
POLDA KALTARA2 weeks ago
Atlet Pencak Silat Polda Kaltara Raih Juara 3 Kejurnas Pencak Silat Kapolri Cup Tahun 2024
-
Bulungan5 days ago
67 Orang Calon Wasit Sepakbola di Bulungan Ikuti Pelatihan
-
Kaltim3 days ago
Kejati Kaltim Sita Tiga Bangunan
-
POLDA KALTARA2 days ago
Pelatihan Bhabinkamtibmas di Buka Secara Resmi Kapolda Kaltara