Sorot Peristiwa
Permohonan Maaf Paul Mauregar Lalong Untuk Umat Muslim
MALINAU – Paul Mauregar Lalong (61 THN), dari relung hati yang paling dalam, menyampaikan permohonan maaf setinggi-tingginya kepada seluruh umat Islam umum nya, dan umat muslim se Kalimantan Utara khususnya.
Atas cuitannya di media sosial Facebook, yang bedampak hukum baginya, sesuai Laporan Polisi nomor LP/A/51xi/2019Kaltara/KSPKT, tanggal 19 November 2019.
Pada kasus ini Paul Mauregar Lalong juga mengaku, sempat menjalani masa penahanan selama 10 hari, sebelum ada nya permintaan penangguhan oleh Isteri dan saudara kandung yang bersangkutan.
“Dengan kerendahan hati dibulan suci Ramadhan ini, saya memohon maaf kepada seluruh umat Muslim se Kaltara, ” ucap Paul.
Kepada pihak pelapor tentang kasus ITE yang menjeratnya, ia juga memohon kiranya dapat dimaafkan.
“Kepada saudara saya umat muslim saya mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1442 H, mohon maaf lahir dan bathin,” tutup Paul Mauregar Lalong. *
Reporter : Sahri.

Sorot Peristiwa
Seluruh Jemaah Haji Kaltara Sudah Bergeser Dari Madinah Menuju Makkah

– Semuanya dalam kondisi sehat walafiat.
MAKKAH – Tepat pada tanggal 21 Mei 2025 kemarin, seluruh jemaah haji asal Kalimantan Utara sudah bergerak menuju Mekkah, untuk melaksanakan ibadah wukuf dipadang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah mendatang, perihal itu disampaikan oleh Alwan Saputra, S, Pi, MM salah satu jemah haji kepada media ini melalui pesan suara, beberapa waktu yang lalu.
Alwan Saputra yang juga KetuaTanfidziyah Nahdlatul Ulama/Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kalimantan Utara ini menyebut, bahwa sebanyak 358 jemaah haji asal Kaltara diterbangkan langsung ke Madinah Al Munawarah pada tanggal 12/5/2024. Adapun kloter 5 dari Kaltara tersebut diterbangkan melalui embarkasi balikpapan dan masuk pada gelombang pertama keberangkatan.
Seluruh Jemaah Haji sebanyak 358 orang tersebut juga tiba di Madinah pada tanggal 13, bertahan di Madinah melaksanakan rangkaian ibadah sampai dengan tanggal 21 Mei.
Ketika di Madinah, walaupun ada diantara jemaah yang sakit mereka bisa menyusul mengikuti tahapan dalam rangkaian pelaksanaan ibadah. Dan selanjutnya pada tanggal 21 seluruh nya bergeser menuju Makkah Al Mukaromah. Yang sangat menggembirakan seluruh jemaah haji asal Kalimantan Utara dalam kondisi sehat walafiat.
“Untuk diketahui perjalanan dari Madinah menuju Makkah ditempuh selama 6 jam, dan setiba di Makkah para jemaah haji ditempat kan di beberapa hotel yang jaraknya cukup jauh dari Masjidil Haram, akan tetapi untuk memudahkan sudah disiapkan bus yang stand by selama 24 jam, ” kata Alwan.
Artinya kapan saja mau melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, jemaah siap diantar jemput.
“Saat ini seluruhnya sudah melaksanakan ibadah yaitu ibadah umroh wajib, ” tegas Alwan.
Tinggal menunggu ibadah puncak haji yakni ibadah wukuf di Padang Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah yang akan datang.
“Kita juga bersyukur bahwa ibadah haji tahun ini merupakan haji Akbar. Dimana pada waktu wukuf nya bertepatan dengan hari Jumat, yang nilai ibadahnya sebanyak 70 kali dari haji biasa, ” tutup Alwan Saputra. * jk.
Sorot Peristiwa
Perajin Kawat Harmonika dari Pekapuran Banjarmasin

BANJARMASIN – Pilihan favorit untuk bahan membuat pagar keliling, atau untuk mengecor di atas lantai kayu, ataupun tembok agar kuat dan gampang pemasangannya, kawat harmonika pilihannya.
Kawat harmonika adakah kawat yang dirangkaia seperti bentuk anyaman sifatnya yang elastis juga kuat serta proses pemasangan yang mudah dan tidak ribet.
Selama ini mungkin belum banyak tahu bahwa di Banjarmasin ternyata banyak perajin kawat harmonika. Salah satunya adalah Suri warga jalan Lingkar Dalam Selatan Gang Al Madani RT. 29 kelurahan Pekapuran Raya kecamatan Banjarmasin Timur.
Suri yang sudah menjalani profesi sebagai perajin kawat harmonika sejak 15 tahun lalu tidak pernah sepi dari pesanan. Selain langsung melayani pesanan juga mensuplai toko-toko bangunan yang ada di Banjarmasin.
Dalam satu hari, Suri mampu memproduksi kawat harmonika sebanyak 25 kg. “Satu hari paling mampu menganyam 25 kg bahan kawat menjadi kawat harmonika,” jelas Suri yang ditemui jurnalborneo.com di kediamannya, Sabtu (24/08/2024).
Suri sehari-hari memproduksi kawat harmonika cukup di depan rumahnya dengan bantuan alat penganyam yang sederhana mampu mensuplai pesanan hingga Tanah Laut.
“Macam-macam orang pesan, ada yang pesan minta kerapatan 5 cm. Jika kerapatan 5 cm satu rollnya dapat 25 gulung dengan lebar 90 cm x panjang 3 meter,” jelasnya.
Kalau ukuran kerapatan 9 cm, lanjut Suri, bisa dapat 44 gulung, dengan harga jual per gulung Rp 25.000 untuk kerapatan 5 cm, dan harga Rp15.000 untuk kerapatan 9 cm.
“Jika untuk pagar tergantung pesanan orang, dengan kawat nomor 12 diameter 3,4 mm, harga permeternya Rp44.000. ini harga di sini, kalau harga di toko bangunan pasti lain,” tambahnya.
Kawat harmonika biasanya diproduksi dari rangkaian kawat dengan ukuran diameter 1.5 mm sampai 4 mm yang selanjutnya dirangkai atau dianyam hingga terbentuk lubang-luang belah ketupat seperti jaring laba-laba.
“Biasanya kawat harmonika digunakan untuk pagar lapangan, pabrik, halaman, kebun, tapi kalau di Kalimantan Selatan biasnya untuk penguatan cor-coran di lantai yang terbuat dari kayu,” jelasnya.
Suri juga kerap menerima pesanan kawat harmonika untuk pengikat batu bronjong dengan besaran kawat sesuai permintaan.(jb/mn/jk)
Sorot Peristiwa
Kain Sasirangan Terpanjang di Dunia 5,7 Km

— Berhasil dicatatkan Rekor Muri masyarakat Banjar
BANJARBARU – Masyarakat bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berhasil mencatatkan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) bentangan terpanjang kain khas Banjar sasirangan terpanjang di dunia sepanjang 5,7 kilometer (km). Pencatatan rekor Muri ini menandai dibukanya even Meratus Geopark Great Culture Carnival, di kawasan Perkantoran Gubernur Kalsel di Banjarbaru, 20-21 Agustus 2024.
Bentangan kain Sasirangan yang berhasil dicatatkan sebagai rekor terpanjang di dunia sepanjang 5,7 km dengan formasi Kelayang Dandang. Sebanyak 6.000 orang berasal dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat ikut terlibat dalam pencatatan rekor Muri ini.
Pembukaan Meratus Geopark Great Culture Carnival ditandai dengan pawai sasirangan dan persembahan tarian tradisional Sinoman Hadrah dan tarian suku dayak Mandau Telabang. “Ini merupakan bentuk kecintaan kita pada budaya, kekayaan alam geopark serta upaya pelestariannya,” ungkap Ketua Dekranasda Kalsel, Raudhatul Jannah sekaligus membuka secara resmi Meratus Geopark Great Culture Carnival, di depan kantor Gubernur Kalsel di Banjarbaru, Selasa (20/8/2024).
Even yang digelar sebagai bagian memeriahkan Hari Jadi Provinsi Kalsel ke-74 dan Porwanas ke-XIV di Banjarmasin Kalsel ini juga dimeriahkan beragam even dan lomba. Antara lain kirab karnaval, sajian tarian dan kesenian daerah, UMKM Ekspo, dan pameran biodiversity. Juga hiburan artis Ibu Kota Padi Reborn.
Motif batik Sasirangan, merupakan kain khas suku Banjar sebagai salah satu bentuk kekayaan intelektual yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Berbeda dengan batik, sasirangan memiliki keunikan tersendiri karena dibuat melalui proses pewarnaan dengan metode jelujur (manyirang) menggunakan tali atau benang.
Sasirangan sudah ada sejak jaman kerajaan sekitar abad ke-7 yang dulu lebih dikenal dengan sebutan kain Lagundi. Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan (batatamba) serta mengusir dan melindungi dari gangguan roh jahat.
Namun, seiring perkembangan jaman kain sasirangan kini menyebar luas menjadi bahan pakaian semua orang, termasuk dipromosikan ke mancanegara dalam bentuk pakaian, kain helai, asesori, serta keperluan sehari-hari. Sasirangan juga memiliki banyak motif dan beberapa yang familiar antara lain sarigading, ombak sinapur karang, kambang kacang, naga balimbur, gigi haruan, jajumputan serta kambang tampuk manggis.
KAIN TURUN TEMURUN
Kain Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan secara turun temurun sejak abad XII, saat Lambung Mangkurat menjadi Patih Negara Dipa. Cerita yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan adalah bahwa kain Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu.
Konon menjelang akhir tapanya, rakitnya tiba di daerah Rantau kota Bagantung. Di tempat ini, ia mendengar suara perempuan yang keluar dari segumpal buih. Perempuan itu adalah Putri Junjung Buih, yang kelak menjadi Raja di daerah ini. Sang Putri hanya akan menampakkan wujudnya jika permintaannya dikabulkan, yaitu sebuah istana Batung dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40 putri dengan motif wadi/padiwaringin. Kedua permintaan itu harus selesai dalam waktu satu hari. Kain yang dicalap itu kemudian dikenal sebagai kain sasirangan yang pertama kali dibuat.
Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan (batatamba), khususnya untuk mengusir roh-roh jahat dan melindungi diri dari gangguan makhluk halus. Agar bisa digunakan sebagai alat pengusir roh jahat atau pelindung badan, kain sasirangan biasanya dibuat berdasarkan pesanan (pamintaan).
Di awal-awal kemunculannya, kain sasirangan mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup sederhana, seperti ikat kepala (laung), sabuk dan tapih bumin (kain sarung) untuk lelaki, selendang, kerudung, udat (kemben), dan kekamban (kerudung) untuk perempuan.
Seturut perkembangannya, kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai oleh kalangan rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat mengikuti upacara-upacara adat. Namun perkembangan zaman juga yang mengubah fungsi kain sasirangan dalam masyarakat Kalimantan Selatan. Nilai-nilai sakral yang terkandung di dalamnya seolah-olah ikut memudar tergerus arus globalisasi mode. Globalisasi menjadikan kain ini tidak hanya mengalami proses desakralisasi sehingga kemudian berubah menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga semakin dilupakan.
Padahal bisa dikatakan kalau kain sasirangan merupakan salah satu bentuk perwujudan dari pengetahuan lokal masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan mengenal sejarah kain sasirangan, kita bisa mengetahui beraneka macam nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat setempat. Seperti nilai tentang keyakinan, budaya, dan ekonomi.
Seperti kain pada umumnya, kain sasirangan memiliki banyak motif, diantaranya: sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang (garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), jajumputan (jumputan), kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), benawati (warna pelangi), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), turun dayang (garis-garis), dan sisik tanggiling.
Kain sasirangan banyak tersedia di berbagai toko oleh-oleh yang ada di Kalimantan Selatan. Harganya ditentukan berdasar jenis kain dan motifnya. Semakin rumit motifnya maka semakin mahal juga harganya.(jb/mn/jk)
-
Bulungan2 days ago
37 KK Warga Desa Antutan Terdampak Banjir Masih Bertahan Dirumah
-
PEMPROV KALTARA14 hours ago
Warga Desa Antutan Yang Terdampak Banjir Sudah Menerima Bantuan
-
PEMPROV KALTARA2 days ago
Pj. Sekprov Bustan Pimpin Apel Kesiapsiagaan Nasional se-Kaltara
-
PEMPROV KALTARA3 days ago
Pacu Semangat Calon Paskibraka Tingkat Nasional